Balada Tiga Buku Paham Kiri : Bagian Dua

Bandung, Students Tel-U – Kisah tentang ‘perampasan’ tiga buku berpaham kiri oleh Warek IV terus berlanjut. Setelah dihubungi oleh Tim Redaksi Students Tel-U, Warek IV Bidang Kemahasiswaan Tel-U (Yahya Arwiyah) menyampaikan tanggapannya terkait klarifikasi yang dibuat oleh pihak Perpustakaan Apresiasi.

Beliau menilai, bahwa kedudukan Perpustakaan Apresiasi yang tidak dinaungi oleh UKM ataupun Himpunan apapun yang ada di Telkom University membuat kegiatan yang mereka lakukan tersebut adalah tidak dibenarkan. “Ketika mereka bertanya ‘apakah ada aturan tertulisnya?’ saya jawab bahwa hal tersebut tertuang dalam Keputusan Rektor tentan Ormawa dan saya hanya menyampaikan hal ini dalam kapasitas sebagai Wakil Rektor IV.”

Mengenai keberadaan 3 buku yang disita tersebut yang diklain sudah terjual bebas di pasaran, bahkan ada di sejumlah toko-toko buku besar, beliau berkata, “Kalaupun yang anda katakan benar, maka sesuai kewenangan saya dan petunjuk dari Kemenristek DIKTI, sejarah, dan arah kebijakan Universitas Telkom, buku seperti ini tidak boleh disebarluaskan di lingkungan Tel-U.”

“Saat salah satu diantara mereka berkata ‘bapak sudah baca isinya?’ saya jawab baik, akan saya baca. Tetapi saya ingatkan bahwa kegiatan ini tidak boleh dilanjutkan.” Beliau menilai, saat itu tidak ada satupun yang menolak buku-buku tersebut untuk dibawa dan dibaca olehnya. Adapun proses pengembalian tiga buku tersebut dan tindaklanjutan dari hal ini akan diproses oleh Komisi Etika dan Disiplin Universitas Telkom.

“Sadarilah bahwa peristiwa pemberontakan memakan korban yg cukup besar dan sangat merugikan Bangsa Indonesia,” tegasnya. Beliau juga berpesan bahwa kontrol yang dilakukan oleh pimpinan dan dosen di Universitas Telkom, sebagaimana yang terjadi di lembaga pendidikan lainnya, adalah semata-mata dalam kaitan dengan pendidikan dan membentengi mahasiswa dari hal-hal negatif. Jika ingin meningkatkan semangat literasi, manfaatkanlah semaksimalnya sarana yang disediakan oleh Universitas Telkom.  “Jika ingin membentuk komunitas, ikuti prosedur yang ada. Secara khusus, berkaitan dengan masalah yang ada kecenderungan sengaja dihebohkan ini, dihimbau untuk tidak terpancing apalagi mengeluarkan statement yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.” (arp)

Balada Tiga Buku Paham Kiri: Bagian Satu

Bandung, Students Tel-U- Beberapa hari yang lalu sempat ramai pemberitaan mengenai Wakil Rektor (Warek) IV Bidang Kemahasiswaan Tel-U, Bapak Yahya Arwiyah, yang diberitakan merampas tiga buah buku berpaham ‘kiri’ dari lapak buku yang digelar oleh Perpustakaan Apresiasi. Dengan judul yang cukup mengundang, sebuah artikel bertajuk “Perampasan Buku oleh Warek Bid. IV Kemahasiswaan Tel-U” ini seolah tak ada habisnya dibahas.

1

Dalam Press Release yang dikeluarkan oleh pihak Public Relation Tel-U, Warek IV menyayangkan pemilihan kata ‘perampasan’ pada judul tulisan “Perampasan Buku oleh Warek Bid. IV Kemahasiswaan Tel-U” yang dinilai terlalu dibesar-besarkan ini. Menurutnya, tidak ada sama sekali unsur kekerasan sebagaimana yang direpresentasikan kata ‘perampasan’ ini.

Sebagai bentuk klarifikasi atas pernyataan Warek IV tersebut, akhirnya Perpustakaan Apresiasi melalui Official Account Line@-nya pada Jumat (11/11) lalu, yang isinya:

  1. Betul bahwa salah satu dari tiga orang yang ditemui di Selasar sedang merokok, dan rokok segera dimatikan setelah mendapat teguran dari Warek IV. Tiga orang tersebut terdiri dari satu alumni dan sisanya adalah mahasiswa Tel-U. Kemudian, beberapa pengunjung datang ke lapak untuk melihat buku.
  2. Kami telah mencoba untuk melakukan diskusi dengan Warek IV terkait tiga buku yang “dipilih”nya, dan mendapat jawaban, “Pokoknya tidak boleh beredar buku-buku seperti ini.” Ketika ditanyakan apakah ada peraturan tertulis tentang hal itu, kami memperoleh jawaban, “Saya yang bilang. Saya Warek IV Bidang Kemahasiswaan.”

    1. Kami sudah menawarkan untuk menyimpan sendiri buku itu, tapi Warek tetap bersikukuh untuk membawa.
    2. Betul bahwa foto tersebut adalah inisiatif dari Warek IV.
    3. Pagi hari setelahnya (10/11) pukul 10.40 Warek IV menelepon menanyakan, “Ini benar dengan Dani BIN?” dan kami informasikan bahwa beliau salah sambung.
    4. Terdapat hirarki dalam satu institusi pendidikan seperti kampus. Singkatnya; Rektor, Warek, dosen, dan mahasiswa. Masing-masing punya kuasa (hak dan kewajiban) tersendiri. Hak dan kewajiban itu dilegitimasi aturan yang dibuat oleh pihak yang punya kuasa lebih. Yang di atas (dalam hal ini, Warek) punya kuasa (atau modal budaya) lebih ketimbang mahasiswa. Kondisi itu diinternalisasi dalam benak semua pihak sebagai hal wajar (dan harus diterima), dan yang berada di hirarki paling bawah dikondisikan agar patuh pada yang di atas. Dari percakapan antara kami dengan Warek telah terjadi komunikasi yang tidak setara. Berkali-kali Warek meneguhkan posisinya dalam struktur jabatan di kampus saat merespon argumentasi dan pertanyaan kami terkait buku-buku “KIRI”. Tidak ada komunikasi yang setara di situ. Kami menilai respon Warek yang seperti itu sebagai “kekerasan simbolik” untuk menundukkan kami.
    5. Menyoal poin ke-4 dari klarifikasi yang dibuat Purel Tel-U, tak ada yang perlu disayangkan dari penggunaan diksi “perampasan”. Sebab, kami menilai, perampasan tidak meniscayakan adanya kekerasan (fisik). Dari definisi kata “rampas” yang dikutip Tim Purel dari KBBI itu pun jelas. Tanda kurung yang mengandangi kata-kata “dengan kekerasan” menunjukkan bahwa kata-kata itu relatif keberadaannya. Bisa digunakan/difungsikan, tapi bisa juga tidak. Bisa dibaca, bisa juga tidak. Merampas itu bisa “dengan kekerasan”, bisa juga tidak dengan kekerasan. Menurut kami, tindakan Warek itu mengambil paksa secara “halus” menggunakan kuasa atau otoritasnya sebagai wakil rektor, dan itu bisa disebut merampas.
    6. Hingga saat ini, belum ada panggilan dari pihak kemahasiswaan dan tiga buku yang diambil belum dikembalikan.
    7. Perpustakaan Apresiasi berterimakasih kepada kawan-kawan yang mendukung kegiatan kami dalam mendorong terwujudnya budaya yang melek literasi, mendukung kebebasan berpikir, berkumpul, berdiskusi, dan berpendapat terutama di Telkom University sebagai tempat kami tumbuh dan belajar.

    Dihubungi secara ekslusif oleh Tim Redaksi Students Tel-U, berikut tanggapan Pak Yahya mengenai klarifikasi dari Perpustakaan Apresiasi. (klik disini). (arp)